Selasa, 13 Desember 2011

B E B E K

Namaku bebek. Suaraku bikin orang brisik, sehingga mereka menyebutku “bebek wek”. Aku ini suka berganti-ganti pasangan, namun pandai bertelur. Tapi aku tidak pandai mengerami telurku sampai menetas.

Jenisku yang pendek dan suka menggoyang-goyang pantat (megal-megol), sehingga aku disebut orang jawa dengan nama “menthok” akronim dari “megal-megol thok”. Sampai mereka membuatkan lagu untukku dengan lirik “Menthok-menthok rinio tak kandani. Ojo megal-megol wae. Menthok-menthok rinio tak kandani, ojo mangan turu wae…”.

Di saat aku memiliki tubuh bagus berleher jenjang, aku disebut angsa atau orang jawa bilang “banyak”. Karena aku ini hanyalah seekor angsa, maka tidak seperti manusia yang punya budaya. Aku tak perlu jilbah aku macam-macam pakaian, sebab aku sudah memiliki bulu-bulu yang elok.

Aku terkedang diternak oleh manusia untuk diambil telurnya. Mereka menyebutku dengan nama “bebek wek”. Suaraku banyak, bikin orang brisik. Siang maupun malam aku selalu berceloteh, dan sering bertelur. Sebagian manusia memakai telurku untuk campuran jamu kuat. Mitos yang mereka yakini bisa menguatkan kejantanan, karena melihat diriku (yang jantan), satu ekor jantan bisa menyetubui 20-40 bebek betina. Dan yang betina bisa berkali-kali bertelur.

Kulihat, di tengah-tengah budaya manusia, suka sekali makan dagingku. Meski bauku tak sedip, tapi dagingku enak rasanya, apalagi kalau digoreng. Mereka yang bertabiat sepertiki sering dikatakan “Mbebeki”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar